Penyediaan pakan secara cukup jumlah dan kualitasnya merupakan salah satu permasalahan klasik sektor peternakan di Indonesia. Setiap tahun, selalu ditemukan permasalahan penyediaan pakan oleh para peternak, khususnya di musim kemarau. Ketika musim kemarau tiba, para peternak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pakan (khususnya hijauan) bagi ternak-ternaknya. Tidak jarang mereka akan menjual ternaknya ketika musim kemarau tiba daripada membeli pakan yang relatif mahal harganya dibandingkan mencari sendiri.
Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi bahan pakan dari hasil samping agroindustry seperti industry sawit. Namun, pemanfaatan dari hasil samping industry sawit belum termanfaatkan secara optimal. SISKA SERIES Episode dua ini membahas potensi bahan pakan dari industry sawit. Sekaligus juga mendiskusikan kendala dan solusi yang ada dan relevan dalam pemanfaatan bahan pakan dari industry sawit. Luasan kebun sawit pada tahun 2021 adalah 14.59 juta hektar dengan produksi crude palm oil (CPO) sebesar 44.5 juta metrik ton (USDA, Global Agriculture Information Network Report, 2022). Besarnya luasan lahan dan produksi CPO menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia (United States Department of Agriculture). Indonesia lebih unggul dari pada Malaysia, Thailand, dan Colombia di posisi 2, 3, dan 4 secara berurutan.
Minyak kelapa sawit adalah komoditas yang strategis secara global. Hal ini disebabkan oleh tingginya efisiensi penggunaan lahan untuk menghasilkan minyak sawit dibandingkan minyak biji-bijian. Data menunjukkan bahwa efisiensi minyak kelapa sawit adalah 6, 8, dan 10 kali lebih baik dibandingkan minyak rapeseed, bunga matahari, dan kedelai. Fakta tersebut mengakibatkan terjadinya persaingan usaha diantara negara penghasil minyak nabati. Persaingan usaha ini juga diwarnai oleh adanya kampanye hitam terhadap industry minyak sawit di Indonesia. Data-data ilmiah sangat diperlukan untuk menjawab isu-isu negatif yang dilontarkan dalam kampanye hitam terhadap industry kelapa sawit Indonesia. Hal ini diperlukan dalam mendukung tercapainya industry kelapa sawit yang berkelanjutan.
Industri kelapa sawit berpotensi sebagai sumber bahan pakan yang terdiri dari crop residue perkebunan dan hasil samping pengolahan CPO. Crop residue atau residu tanaman adalah bahan organic yang tertinggal di lahan perkebunan sawit setelah dipanen. Contoh dari bahan pakan kelompok ini adalah daun dan pelepah sawit. Sedangkan hasil samping diperoleh dari proses pengolahan tandan buah sawit menjadi CPO. Contoh bahan pakan dari hasil samping pengolahan CPO adalah bungkil inti sawit (BIS), lumpur sawit, dan tandan kosong sawit.
Bahan-bahan tersebut dapat diolah tidak hanya sebagai pakan tetapi produk lain yang bernilai ekonomi (Gambar 1). Pelepah sawit dapat diolah menjadi pakan komplit, silase pelepah sawit, dan pupuk organic. Selain itu, lidi dari pelepah sawit dapat dijual seharga 4ribu/kg sebagai bahan baku produk kerajinan seperti sapu dan wadah makanan. Penjualan lidi sudah dilakukan oleh Pak Julianto di Bengkalis, sedangkan daun dan batang pelepah dimanfaatkan sebagai pakan.
Gambar 1 Bagan pengolahan residu tanaman dan hasil samping pengolahan CPO sebagai produk bernilai ekonomi.
Begitu pula untuk hasil samping pengolahan CPO. Penelitian Prof. Nahrowi dan tim menunjukkan beberapa produk bernilai ekonomis dari pengolahan bahan hasil samping. Bungkil inti sawit dapat diolah menjadi pellet, PALMOfeed, MANNANplus dan CHARCOALplus. Selain itu dengan penambahan mineral/premix dapat menjadi produk SISKAfeed berbentuk pellet, dan penambahan cacahan pelepah dapat menghasilkan produk pakan komplit berbasis sawit (Gambar 1).
Bungkil inti sawit merupakan salah satu bahan pakan unggulan dari hasil samping pengolahan CPO. Produksi BIS Indonesia mencapai 6.3 juta metrik ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sebagian besar BIS atau 5.4 juta ton diekspor ke luar Indonesia. Hal ini ironis karena para peternak di dalam negeri membutuhkan BIS sebagai bahan pakan. Bungkil inti sawit merupakan salah satu komponen bahan pakan yang strategis dalam mensubtitusi bahan pakan impor. Berdasarkan kandungan nutrisinya, BIS dapat digunakan sebagai pakan sapi dan unggas.
Selain BIS, ada beberapa bahan yang berpotensi sebagai bahan pakan di Indonesia. Potensi ini dilihat dari kuantitas produksinya yang cukup tinggi dan kandungan nutrisinya yang baik. Pertama adalah jagung, data Pusdatin Kementerian Pertanian tahun 2021, produksi jagung Indonesia mencapai 20.7 ton. Kedua adalah CPO sebesar 4.2 juta ton (GAPKI, Maret 2022). Ketiga adalah dedak padi dengan jumlah produksi sebesar 6.5 juta ton. Namun sering kali ketersediaan dedak padi sukar ditemui di lapangan yang disebabkan terpencarnya lokasi penggilingan padi di Indonesia. Keempat adalah onggok dengan jumlah produksi 12.9 juta ton. Berikutnya adalah maggot, kualitas nutrisinya sangat baik namun system produksinya belum tertata dengan baik sehingga jumlah produksinya masih rendah. Terakhir adalah kacang koro sebagai sumber protein.
Selain itu, vegetasi diantara tanaman kelapa sawit juga merupakan biomassa sumber hijauan makanan ternak yang sesuai sebagai padang penggembalaan. Komposisi biomass ini akan berbeda untuk setiap lokasi perkebunan sawit. Perbedaan ini salah satunya dipengaruhi oleh umur tanaman sawit. Penelitian dari Putri et al. (2022) memperlihatkan keanekaragaman biomassa vegetasi semakin rendah seiring dengan bertambahnya umur tanaman kelapa sawit. Biomass ini sudah dimanfaatkan oleh para peternak sebagai pakan melalui system penggembalaan maupun cut and carry.
Pengelolaan sumberdaya bahan pakan di lahan sawit perlu mendapat perhatian lebih serius agar ketersediaan, kualitas, dan harga terjamin. Sampai saat ini pemanfaatan sumberdaya bahan pakan dari industry kelapa sawit belum optimal. Para peternak peserta SISKA SERIES umumnya menggunakan bahan tersebut sebagai pakan tunggal atau campuran antara dua jenis bahan. Diperlukan adanya formula pakan berbasis sawit agar pemanfaatan hasil samping sawit lebih optimal dan berdampak positif terhadap pertumbuhan dan performan ternak. Selain itu peternak perlu mendapatkan pelatihan dan bimbingan terkait teknis pemeliharaan ternak yang baik. Gabungan Pelaku dan Pemerhati SISKA (GAPENSISKA) diharapkan dapat berperan dalam penyediaan informasi formulasi pakan berbasis hasil samping industry sawit dan tata cara budidaya ternak yang baik. GAPENSISKA juga diharapkan dapat berperan dalam menyediakan pelatihan dan pendampingan tata cara budidaya ternak yang baik
Sumber :
SISKA SERIES EPISODE o2 dengan tema “Potensi Bahan Pakan By-Product Perkebunan Sawit”
Resume SISKA SERIES 03 oleh Moderator Dr Windu Negara
Bahan paparan narasumber (Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc)