Dokumen artikel lengkap dapat diakses disini.
Rekomendasi teknis untuk peternak dalam memilih skala usaha peternakan sapi sehingga menjadi usaha yang komersial dan berkelanjutan adalah sebagai berikut:
- Menentukan tujuan dan sasaran usaha peternakan sapi, yaitu apakah berorientasi pada kuantitas atau kualitas, produksi atau reproduksi, lokal atau ekspor, dan lain-lain. Tujuan dan sasaran ini akan menentukan jenis sapi, sistem pemeliharaan, pakan, kesehatan, pemasaran, dan manajemen yang sesuai.
- Menyesuaikan skala usaha peternakan sapi dengan ketersediaan modal, lahan, pakan, tenaga kerja, dan pasar. Skala usaha peternakan sapi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu skala kecil (1-10 ekor), skala menengah (11-50 ekor), dan skala besar (>50 ekor). Skala usaha peternakan sapi yang lebih besar membutuhkan modal, lahan, pakan, tenaga kerja, dan pasar yang lebih besar pula.
- Memilih lokasi usaha peternakan sapi yang strategis, aman, nyaman, dan mendukung produktivitas sapi. Lokasi usaha peternakan sapi harus memenuhi beberapa kriteria, seperti dekat dengan sumber pakan, air bersih, tenaga kerja, sarana transportasi, sarana kesehatan hewan, sarana pendidikan dan pelatihan, sarana perbankan dan koperasi, serta pasar.
- Memilih jenis sapi yang sesuai dengan tujuan dan sasaran usaha peternakan sapi. Jenis sapi yang dapat dipilih antara lain sapi lokal (sapi bali, madura, ongole), sapi peranakan (sapi limousin, simmental), atau sapi impor (sapi brahman). Jenis sapi yang dipilih harus memiliki kualitas genetik yang baik, adaptabilitas yang tinggi, produktivitas yang tinggi, dan kesehatan yang prima.
- Menerapkan sistem pemeliharaan sapi yang efisien dan efektif. Sistem pemeliharaan sapi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sistem tradisional (sapi dilepas di padang penggembalaan), sistem semi intensif (sapi dikandangkan sebagian waktu dan dilepas sebagian waktu), atau sistem intensif (sapi dikandangkan sepanjang waktu). Sistem pemeliharaan sapi yang dipilih harus sesuai dengan ketersediaan lahan, pakan, tenaga kerja, modal, dan pasar.
- Memberikan pakan yang berkualitas dan seimbang sesuai dengan kebutuhan nutrisi sapi. Pakan yang diberikan harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air yang cukup. Pakan yang dapat diberikan antara lain hijauan segar (rumput gajah, rumput raja), konsentrat (jagung, dedak), mineral (garam), suplemen (vitamin), dan air bersih. Pakan juga harus diberikan secara teratur dan cukup sesuai dengan bobot dan usia sapi.
- Memberikan perawatan kesehatan hewan yang optimal. Perawatan kesehatan hewan meliputi pencegahan penyakit (vaksinasi), pengobatan penyakit (obat-obatan), pengendalian parasit (cacingan), sanitasi lingkungan (kebersihan kandang), reproduksi (inseminasi buatan), identifikasi hewan (tattooing), serta pencatatan data hewan (buku ternak). Perawatan kesehatan hewan harus dilakukan sesuai dengan jadwal dan dosis yang tepat.
- Menerapkan manajemen usaha peternakan sapi yang profesional. Manajemen usaha peternakan sapi meliputi perencanaan usaha (analisis SWOT), pengorganisasian usaha (struktur organisasi), pelaksanaan usaha (operasional produksi), pengawasan usaha (monitoring evaluasi), serta pengembangan usaha (inovasi teknologi). Manajemen usaha peternakan sapi harus dilakukan secara sistematis, terpadu, partisipatif, dan berkelanjutan.
- Mencari pasar yang potensial dan menguntungkan. Pasar usaha peternakan sapi dapat berupa pasar lokal, regional, nasional, atau internasional. Pasar usaha peternakan sapi harus dipilih sesuai dengan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan, harga jual yang ditawarkan, biaya transportasi yang dikeluarkan, serta persaingan yang dihadapi.
Penulis : Dr Wahyu Darsono