SISKA Collaborative Research
and Dissemination

"Collaborative Research and Dissemination to support SISKA (oil palm-livestock integration & intercropping system) adoption and expansion to achieve sustainable oil palm plantation"

PENYEDIAAN & PENGAWETAN SUMBER PAKAN HIJAUAN DI SISTEM INTEGRASI SAWIT SAPI (SISKA)

BAGIKAN

Ketersediaan sumber pakan hijauan.

Dalam sistem pemeliharaan integrasi sapi-sawit (SISKA), sumber pakan hijauan yang tersedia adalah rumput lapang yang tumbuh di area perkebunan dan sisa daun sawit hasil pemotongan (pruning). Kedua sumber pakan hijauan ini perlu dikelola dengan baik untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi selama pemeliharaan (Mudhita dan Badrun, 2019). Sumber lain yang mungkin digunakan adalah tambahan hijauan hasil budidaya di sekitar perkebunan sawit, adalah berupa rumput-rumputan maupun legum-leguman (Farizaldi, 2011).

Sumber rumput lapang dikelola dengan mengatur kapasitas tampung dan waktu tumbuh kembali selama periode yang telah ditentukan. Ketersediaan pakan hijauan dari sumber ini relatif terbatas dan tergantung pada waktu, sehingga tidak ada bahan yang tersisa untuk disimpan (Pagala, Zulkarnain dan Munadi, 2020).

Sumber hijauan dari daun sawit hasil pemotongan (pruning) adalah sumber hijauan terbesar dan memungkinkan untuk disimpan atau diawetkan. Namun, karena kualitas daun sawit rendah dalam hal kandungan nutrien, pengolahan dan pengawetan daun sawit juga harus mempertimbangkan cara meningkatkan kualitasnya (Haq dkk., 2018).

Beberapa metode pengolahan dan penyimpanan yang dapat meningkatkan kualitas pakan dari daun sawit adalah metode amoniasi dengan urea dan metode ensilase dengan penambahan aditif yang dapat meningkatkan kualitas (Asmandani, Sumarlan, dan Susilo, 2013)

Amoniasi daun sawit

Metode pengolahan daun sawit dengan menambahkan amonia sebagai bahan aditif bertujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan daun sawit sebagai pakan ternak.

Proses amoniasi daun sawit melibatkan perlakuan daun sawit dengan larutan urea. Amonia bertindak sebagai bahan pengikat atau penghancur dinding sel daun sawit, sehingga memungkinkan nutrisi di dalamnya lebih mudah diakses oleh ternak (Zain, Erpomen, dan Kartini, 2007).

Proses amoniasi biasanya dilakukan dalam wadah tertutup. Daun sawit dimasukkan ke dalam wadah tersebut, kemudian amonia ditambahkan secara proporsional (1 – 5% BK). Proses amoniasi berlangsung selama 1-2 minggu untuk memberikan waktu reaksi antara amonia dan komponen daun sawit (Putri dkk., 2023).

Setelah proses amoniasi selesai, daun sawit yang telah diolah dapat digunakan sebagai pakan ternak. Perubahan struktur kimia dan pelembutan dinding sel yang memungkinkan ternak untuk dapat mencerna daun sawit dengan lebih baik, sehingga meningkatkan kecernaan nutrisi dan nilai nutrisinya.

Amoniasi daun sawit juga dapat meningkatkan kandungan protein, serat terlarut, serta nutrisi lainnya dalam daun sawit, yang dapat meningkatkan kualitas pakan ternak dan kinerja ternak dalam hal pertumbuhan, produksi susu, atau kegunaan lainnya (Jayanegara dkk., 2018).

Metode Ensilase

Metode ensilase adalah metode penyimpanan dan pengawetan pakan hijauan atau tanaman hijau dalam bentuk segar digunakan sebagai pakan ternak. Proses ensilase melibatkan fermentasi anaerobik (tanpa udara) dari bahan hijauan tersebut.

Biasanya tanaman hijauan seperti rumput, jagung, sorgum, atau legum dipanen saat masih segar dan memiliki kandungan air yang tinggi. Tanaman tersebut kemudian dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap udara, seperti silo atau bungkus plastik khusus untuk proses ensilase (Kung dkk., 2018)

Selanjutnya, bahan hijau tersebut dikompaksi dengan rapat untuk menghilangkan udara dan mencegah pertumbuhan bakteri yang membutuhkan oksigen. Kemudian, bakteri asam laktat secara alami hadir di dalam bahan hijau mulai melakukan fermentasi.

Selama proses fermentasi, bakteri asam laktat mengubah gula dalam bahan hijau menjadi asam laktat, yang menurunkan pH dalam proses ensilase. Penurunan pH ini membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang merusak dan menjaga kualitas nutrisi bahan hijauan (Haq dkk., 2018).

Setelah sejumlah waktu fermentasi, silase dianggap matang dan siap untuk digunakan sebagai pakan ternak. Produk proses ensilase memiliki kelebihan sebagai pakan ternak karena dapat menyimpan nutrisi penting seperti protein dan energi, bahkan setelah bahan hijau tersebut tidak lagi tersedia di musim tertentu.

Produk ensilase umumnya digunakan untuk memberi makan ternak selama periode ketika pasokan pakan hijauan segar terbatas, seperti musim dingin (di negara lain). Selain itu, silase juga membantu mengurangi pemborosan pakan dan memungkinkan penyimpanan yang lebih lama daripada pakan hijauan segar biasa.

Silase Daun Sawit

Silase daun sawit adalah metode pengawetan daun sawit yang digunakan sebagai pakan ternak. Daun sawit merupakan salah satu sumber pakan hijauan yang potensial untuk ternak, terutama dalam industri sapi potong dan kambing.

Namun demikian, karena daun sawit segar kurang mengandung bahan yang mudah difermentasi seperti gula larut dalam air (WSC), maka dalam metode pengawetannya perlu ditambahkan sumber WSC seperti molase. Molase adalah produk sampingan dari produksi gula yang kaya akan gula dan nutrisi. Dosis penambahan WSC adalah sekitar 1-5 %, disesuaikan dengan kenutuhan ketersediaan kandungan WSC untuk mendukung fermentasi bakteri asam laktat yang optimum (Noviyanti, Kumalasari, dan Ridla, 2022).

Penambahan molase/karbohidrat pada daun sawit dalam pembuatan silase bertujuan untuk memberikan sumber energi bagi bakteri asam laktat yang terlibat dalam proses fermentasi. Dengan adanya sumber WSC tambahan, aktivitas bakteri asam laktat dapat meningkat, menghasilkan lebih banyak asam laktat dan menurunkan pH silase. Selain itu, molase memberikan rasa manis yang dapat meningkatkan palatabilitas silase daun sawit, membuatnya lebih disukai oleh ternak (Asmandani, Sumarlan, dan Susilo, 2013).

Silase campuran daun sawit dan indigofera

Silase campuran daun sawit dan indigofera adalah metode pengawetan yang menggabungkan daun sawit dan indigofera sebagai bahan pakan ternak. Indigofera juga dikenal sebagai legum pohon, merupakan tanaman legum yang memiliki kandungan nutrisi yang baik dan sering digunakan sebagai pakan hijauan (Maulana, Nahrowi dan Evvyernie, 2019)

Pencampuran daun sawit dan indigofera dalam silase dapat memberikan manfaat nutrisi yang lebih seimbang bagi ternak. Daun sawit memiliki kandungan energi yang tinggi, sedangkan indigofera kaya akan protein dan nutrisi lainnya. Dengan menggabungkan kedua bahan tersebut, silase campuran dapat memberikan kombinasi nutrisi yang lebih lengkap bagi ternak. Perbandingan pencampuran daun sawit dan indigofera bisa mulai dari: 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60 dan seterusnya (dalam % BK), disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan ternak untuk mencapai imbangan kandungan PK dan TDN tertentu (Rusdy, 2016).

Silase daun sawit ransum komplit

Untuk meningkatkan kualitas campuran silase daun sawit bisa juga dibuat silase ransum komplit berupa campuran sumber serat dengan sumber konsentrat dimana campuran tersebut selain bisa awet dalm bentuk silase juga bisa memenuhi kebutuhan nutrient ternak karen sudah disusun nutrisinya lengkap seperti mengandung PK 15-17% dan TDN 60-70% dengan kecukupan mineral dan vitamin yang dibutuhkan juga tersedia.

Dalam pembuatan silase ransum komplit, daun sawit masih menjadi komponen utama, namun ditambahkan bahan lain seperti rumput, atau hijauan lainnya sebagai sumber serat. Sumber konsentrat seperti biji-bijian, bungkil kelapa, atau bahan pakan konsentrat lainnya juga dimasukkan ke dalam campuran (Nascimento dkk., 2023).

Tujuan dari penambahan sumber serat dan konsentrat adalah untuk memperkaya komposisi nutrisi dalam silase. Sumber serat akan memberikan serat kasar yang penting untuk pencernaan dan kesehatan ternak. Sementara itu, sumber konsentrat akan memberikan kandungan energi yang lebih tinggi serta nutrisi penting seperti protein, lemak, dan mineral.

Dengan mengatur proporsi dan komposisi bahan dalam silase ransum komplit, bisa dicapai kualitas nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Misalnya, kandungan protein kasar (PK) yang mencapai 15-17% dan Total Digestible Nutrients (TDN) sekitar 60-70% merupakan indikator nutrisi yang baik untuk memenuhi kebutuhan ternak (Lendrawati, Nahrowi, dan Ridla, 2012).

Selain itu, penting untuk memperhatikan kecukupan mineral dan vitamin dalam campuran silase ransum komplit. Ternak membutuhkan asupan mineral dan vitamin yang mencukupi untuk menjaga kesehatan dan produktivitas mereka. Jika kebutuhan mineral dan vitamin tidak terpenuhi, suplemen tambahan mungkin diperlukan.

Penulis

Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr

 

Pustaka

Asmandani, D. A., Sumarlan, S. H., & Susilo, B. 2013. Pengolahan limbah daun kelapa sawit (Elaeis guineensis JACQ) dan ampas singkong sebagai alternatif pakan tambahan untuk ternak ruminansia [Processing of oil palm leaves (Elaeis guineensis JACQ) and cassava waste as alternative supplementary feed for ruminant livestock]. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 1(1). https://jkptb.ub.ac.id/index.php/jkptb/article/view/97 [diunduh 19 Mei 2023]

Farizaldi. 2011. Produktivitas hijauan makanan ternak pada lahan perkebunan kelapa sawit di PTPN 6 [Forage productivity on oil palm plantation land in PTPN 6 Batanghari Regency, Jambi Province]. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 14(2), 68-73.  https://doi.org/10.22437/jiiip.v14i2.866 [diunduh 19 Mei 2023]

Haq, M., Fitra, S., Madusari, S., & Yama, D. I. (2018). Potensi kandungan nutrisi pakan berbasis limbah pelepah kelapa sawit dengan teknik fermentasi [Potential nutrient content of feed based on oil palm frond waste using fermentation technique]. Prosiding Semnastek 2018. [diunduh 18 Mei 2023]

Jayanegara A, Ardhisty NF, Dewi SP, Antonius, Ridwan R, Laconi EB, Nahrowi, and Ridla M (2018). Enhancing nutritional quality of oil palm empty fruit bunch for animal feed by using Fiber Cracking Technology. Advances in Animal and Veterinary Science, 7(3): 157-163. https://doi.org/10.17582/journal.aavs/2019/7.3.157.163 [diunduh 19 Mei 2023]

Kung L, Shaver R D, Grant R J, and Schmidt R J. 2018. Silage review: Interpretation of chemical, microbial, and organoleptic components of silages. Journal of Dairy Science, 101(5), 4020-4033. https://doi.org/10.3168/jds.2017-13909 [diunduh 20 Mei 2023]

Lendrawati, L., Nahrowi, N., & Ridla, M. (2012). Kualitas Fermentasi Silase Ransum Komplit Berbasis Hasil Samping Jagung, Sawit dan Ubi Kayu. Jurnal Peternakan Indonesia, 14(1). https://doi.org/10.25077/jpi.14.1.297-303.2012 [diunduh 18 Mei 2023]

Maulana, M. Y., Nahrowi dan D.  Evvyernie. 2019. Kualitas Nutrien Campuran Pelepah Kelapa Sawit dan Indigofera zollingeriana dengan Metode Pengawetan Berbeda. Skripsi. Departemen INTP, Fakultas Peternakan. IPB University. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/101752 [diunduh 19 Mei 2023]

Mudhita, I. K., & Badrun. (2019). Potensi hijauan di areal perkebunan kelapa sawit perusahaan, kelompok tani dan perkebunan rakyat sebagai tanaman pakan sapi potong di Kabupaten Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah. Journal of Tropical Animal Science and Technology, 1(1). https://dx.doi.org/10.32938/jtast.v1i1.298. [diunduh 19 Mei 2023]

Nascimento R R d, Edvan R L, Nascimento K d S, Barros L d S, Bezerra L R, Miranda R d S, Perazzo A F, and Araújo M J d 2023. Quality of Silage with Different Mixtures of Melon Biomass with Urea as an Additive. Agronomy, 13(2), 293. http://dx.doi.org/10.3390/agronomy13020293 [diunduh 20 Mei 2023]

Noviyanti, D. N.R. Kumalasari, and M. Ridla, and 2022. Karakteristik Fisik, Komposisi Kimia dan Kecernaan Silase Kudzu dengan Penambahan Molases. [Skripsi]. IPB University, Departemen INTP, Fakultas Peternakan. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115139. [diunduh 19 Mei 2023]

Pagala, M. A., Zulkarnain, D., & Munadi, L. M. (2020). Kapasitas daya tampung hijauan pakan ternak dan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka [Feed capacity of cattle from by-products of oil palm plantation in Tanggetada District, Kolaka Regency]. Jurnal Sosio Agribisnis (JSA), 5(2), 70-76. https://dx.doi.org/10.33772/jsa [diunduh 19 Mei 2023]

Putri, R., Dewi, S. P., Kurniawan, F. A., Ridla, M., & Retnani, Y. (2023). Physico-chemical properties and digestibility of ammoniated Bambara groundnut (Vigna subterranea) shell for ruminants. Online Journal of Animal Feed Research, 13(2), 105-110. https://dx.doi.org/10.51227/ojafr.2023.16 [diunduh 19 Mei 2023]

Ridla, M., Dewi, M., Laconi, E. B., & Jayanegara, A. 2021. Urea treatment of rice straw: A modelling approach of its degradation kinetics in the rumen. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. Vol. 788, No. 1, p. 012029. https://dx.doi.org/10.1088/1755-1315/788/1/012029. [diunduh 18 Mei 2023]

Rusdy M. 2016. Effects of agro-industrial byproduct on fermentation quality and nutritional composition of elephant grass (Pennisetum purpureum Schum) silage. Livestock Research for Rural Development. Volume 28, Article #224. Retrieved April 8, 2023, from http://www.lrrd.org/lrrd28/12/rusd28224.htm [diunduh 19 Mei 2023]

Zain, M., Erpomen, E., & Kartini, K. 2007. Amoniasi daun kelapa sawit dengan beberapa taraf urea dan pengaruhnya terhadap kandungan gizi dan kecernaan secara in vitro [Ammoniation of oil palm leaves with various levels of urea and its effect on nutritional content and in vitro digestibility]. Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science), 12(3). https://doi.org/10.25077/jpi.12.3.195-200.2007. [diunduh 20 Mei 2023]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat Kami
1
Siskaforum.org
Gratis, gabung komunitas Siska Forum
Dapatkan info dan artikel menarik mengenai Sistem Integrasi Sapi dan Kelap Sawit