Aktivitas Sistem Integrasi Sapi-Sawit (SISKA) KUD Tani Subur diawali pada tahun 2009 dengan perolehan hibah bergulir ternak sapi sebanyak 50 ekor untuk 20 orang petani. Pemeliharaan sapi dilakukan dengan cara dikandangkan dan pakan hijauan dipenuhi dengan cara mencari rumput alam. Ketika itu, KUD Tani Subur mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pakan harian ternak dan mengalami kerugian setiap bulannya.
Pengolahan pupuk dari kotoran sapi menjadi solusi usaha SISKA KUD Tani Subur. Berbekal pengetahuan dari Lembah Hijau, Solo, Jawa Tengah Pak Sutiyana memulai proses pembuatan kompos dari kotoran sapi. Bahan baku pembuatan kompos terdiri dari janjang kosong sawit, kototran padat sapi, solid, kapur, dan Stardec®. Bahan-bahan tersebut disusun secara berlapis setinggi 1.5meter, panjang 3meter, dan lebar 3meter (Gambar 1). Susunan dimulai dengan janjang kosong sawit, kemudian Stardec®, solid, Stardec®, kotoran sapi, dan Stardec®. Susunan ini diulang dua kali dan ditutup dengan lapisan paling atas berupa janjang kosong tipis.
Pupuk kompos menjadi produk utama dari usaha SISKA yang dilakukan KUD Tani Subur. Saat ini produksi pupuk kompos KUD Tani Subur mencapai 80ton/bulan dengan harga jual Rp. 1000/kg. Seluruh produk kompos yang dihasilkan dibeli oleh para anggota KUD untuk mensubtitusi pupuk kimia di kebun sawit. Pupuk kompos mensubtitusi 1/3 bagian dari biaya pupuk kimia sawit. Penggunaan pupuk kompos untuk mensubtitusi pupuk kimia tidak mengganggu produktivitas tanaman sawit bahkan Pak Sutiyana merasa memberikan manfaat tambahan kepada tanaman sawit. Meskipun demikian belum pernah dilakukan pengukuran yang detail terkait pengaruh subtitusi pupuk kimia dengan pupuk organic terhadap produktivitas sawit di anggota KUD Tani Subur.
Meskipun prospek kebutuhan pupuk kompos cukup menjanjikan, KUD Tani Subur berencana akan mengubah produk utamanya menjadi pupuk hayati cair. Hal ini dikarenakan proses pembuatan pupuk hayati cair lebih singkat dibandingkan pupuk kompos. Pupuk hayati cair dapat diproduksi dalam waktu hanya satu minggu dibandingkan kompos yang memerlukan waktu 4 minggu. Pak Sutiyana dan anggota KUD Tani Subur optimis dapat menghasilkan 7000 liter pupuk hayati cair per hari. Perubahan produk ini diharapkan dapat lebih memenuhi kebutuhan pupuk bagi para anggota KUD Tani Subur.
Gambar 1 Susunan bahan dalam proses fermentasi kompos KUD Tani Subur
Sapi merupakan penghasil bahan baku utama untuk produk kompos yang dihasilkan KUD Tani Subur. Pemenuhan kebutuhan pakan sapi milik KUD Tani Subur dilakukan dengan memanfaatkan biomassa hasil samping industry sawit. Pemanfaatan biomass ini menurunkan biaya pakan secara signifikan dibandingkan dengan membeli pakan konsentrat komersial. Selain itu, mereka juga sudah menanam rumput gajah Taiwan sebagai sumber hijauan yang tersedia sepanjang tahun. Kombinasi ini terbukti dapat memenuhi kebutuhan pakan sapi di KUD Tani Subur sepanjang tahun dan ekonomis.
Konsentrat berbasis hasil samping industry sawit diformulasikan dan diproduksi sendiri oleh KUD Tani Subur. Bahan baku utama yang digunakan adalah bungkil inti sawit 20% (segar), pelepah sawit tanpa daun 20% (segar), dan solid sebanyak 58% (segar) (Tabel 1). Sedangkan 2% sisanya merupakan bahan sumber mineral, vitamin dan mikroorganisme yang baik. Bahan tambahan ini adalah garam (0.5%), mineral premix sapi (0.2%), Starbio® (0.2%), tetes tebu (0.7%), urea (0.2%), dan kapur (0.2%). Bahan-bahan ini kemudian dicampur dengan menggunakan mixer berkapasitas 50kg yang didesain dan dibuat sendiri (Gambar 2). Biaya bahan baku pakan konsentrat menggunakan formula KUD Tani Subur adalah Rp. 600/kg. Sedangkan apabila ditambahkan dengan biaya tenaga kerja, maka biaya yang dikeluarkan untuk 1kilogram konsentrat adalah Rp. 1000.
Tabel 1. Formula pakan konsetrat KUD Tani Subur
No | Bahan |
Pemakaian (% segar) |
1 | Bungkil inti sawit |
20 |
2 | Cacahan pelepah sawit |
20 |
3 | Solid |
58 |
4 | Garam |
0.5 |
5 | Mineral |
0.2 |
6 | Starbio |
0.2 |
7 | Tetes tebu |
0.7 |
8 | Urea |
0.2 |
9 | Kapur |
0.2 |
Total |
100 |
Pelepah sawit yang digunakan sebagai pembuatan konsentrat adalah tanpa daun sawit. Hal ini dikarenakan pengalaman mereka terkait pengaruh negative dari lidi daun sawit terhadap pencernaan sapi. Setiap satu hektar kebun sawit dapat menghasilkan sekitar 100 pelepah sawit per bulan. Jumlah pelepah ini dapat digunakan sebagai bahan baku konsentrat untuk 300 ekor ternak sapi sesuai formula KUD Tani Subur. Agar lebih efektif dan efisien, mereka mendesain dan membuat mesin pencacah pelepah sawit sendiri (Gambar 3). Kelebihan dari mesin ini adalah menggunakan pisau ketam yang terbukti handal dan kuat dalam mencacah pelepah sawit. Sebelum menggunakan mesin ini, KUD Tani Subur pernah menggunakan mesin pencacah rumput. Namun pisau dari mesin pencacah rumput tidak kuat untuk mencacah pelepah sawit yang keras.
Gambar 3. Mesin chopper pelepah sawit dan spesifikasinya.
Sistem usaha SISKA yang dilakukan oleh KUD Tani Subur sepintas memerlukan biaya yang cukup tinggi dan kurang menguntungkan. Namun sebaliknya, menurut Pak Sutiyana meskipun system usaha peternakan dilakukan secara intensif namun keuntungan yang diperoleh cukup tinggi juga. Secara umum, usaha SISKA yang dilakukan KUD Tani Subur menghasilkan keuntungan sekitar Rp. 418.000.000 per tahun. Selain itu, penjualan sapi menjadi keuntungan tambahan bagi usaha SISKA KUD Tani Subur dimana penghasilan utamanya adalah dari penjualan pupuk.
Selain itu, berdasarkan pengalaman KUD Tani Subur, SISKA adalah usaha yang dapat mendukung kelapa sawit berkelanjutan. Ternak sapi dapat digunakan untuk membantu keekonomian para petani selama proses replanting. Penanaman tanaman sela diantara pohon sawit replanting dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Dari ternak kemudian akan dihasilkan pupuk yang bernilai ekonomi dan pendapatan dari hasil penjualan ternaknya itu sendiri.
Pengembangan usaha SISKA agar bisa berhasil seperti KUD Subur Tani memerlukan usaha seluruh pihak terkait. Berdasarkan hasil diskusi, pelaku SISKA pemula pada umumnya memiliki keterbatasan pengetahuan budidaya sapi terintegrasi sawit. Diperlukan adanya entitas yang dapat berperan dalam penyediaan akses informasi dan pelatihan teknis usaha SISKA bagi para peternak pemula. Akses informasi dapat dilakukan melalui pembuatan database SISKA, penyelenggaraan webinar, dan penyebaran informasi dalam bentuk infografis, artikel teknis, dan buku panduan usaha SISKA. Sedangkan pelatihan teknis dapat dilakukan dengan membuat demplot percontohan atau pusat pelatihan di daerah-daerah sentra perkebunan kelapa sawit. Gabungan Pelaku dan Pemerhati SISKA (GAPENSISKA) dapat menjadi motor penggerak bersama pihak terkait lainnya (pemerintah, universitas, lembaga riset, lembaga keuangan, dan lembaga swadaya masyarakat dalam penyediaan akses informasi dan pelatihan teknis.
Presentasi yang disampaikan Pak Sutiyana sangat bermanfaat dalam memperkaya informasi terkait usaha SISKA. Informasi yang disampaikan berdasarkan pengalaman bersama di KUD Subur Tani selama puluhan tahun dan layak secara ekonomi. Informasi yang berharga ini perlu diinvetarisir dan disebarkan agar dapat dicontoh para pelaku usaha SISKA yang lain. Meskipun demikian, agar informasinya lebih komprehensif dan detail, perlu dilakukan penelahaan usaha SISKA yang dilakukan oleh KUD Tani Subur. Penelahaan dapat dilakukan dengan melibatkan akademisi, periset, dan praktisi SISKA. Sebagai contoh dari penelahaan adalah perlu dilakukan perhitungan analisis usaha sesuai standar yang ada untuk menghindari asumsi yang kurang sesuai. Teknologi budidaya yang digunakan seperti konsentrat berbasis sawit dan pupuk kompos dapat ditelaah oleh para akademisi dan periset agar dapat dikonfirmasi kandungan nutrisi dan manfaatnya bagi ternak dan tanaman kelapa sawit. Selain itu, desain mesin pencacah pelepah sawit dapat dibikinkan gambar detail desainnya dan diuji efisiensi kinerjanya. Penelahaan juga bertujuan untuk mengkonfirmasi klaim empiris dan optimalisasi terhadap teknologi dan system usaha SISKA yang ada.